Sabtu, 21 Mei 2011

Sendiri

DEAR MALAM...
Malam ini aku berharap bisa menuangkan segala isi di otakku. Dan akan ku curahkan seluruh perasaan ku di dalamnya.
EL. itulah nama panggilan yang aku berikan kepada orang yang telah membuat ku tersadar  akan indahnya sebuah kehidupan. Tapi, bagi ku itu hanyalah mimpi semata. Ada yang mengatakan “PERATURAN DICIPTAKAN UNTUK DILANGGAR” Tapi menurutku masih kurang pas... Bagaimana kalau seperti ini “KEBEBASAN TERCIPTA KARENA KITA SUDAH MENGIKUTI DAN MEMATUHI PERATURAN”. Hanya untuk menemani malam yang sepi dan sunyi, aku akan CURHAT sedikit.... Selamat membaca......

        Sendiri, kini aku berjalan sendiri dan berharap ada bidadari yang datang menemaniku di kesunyian malam ini. Terasa sepi, meski aku di kelilingi ribuan atau mengkin lebih oleh para malaikat-malaikat  itu... Ku coba memahami dan mencari arti hidup ini. Tapi, duri-duri di jalan itu telah menanti langkah kaki-ku. Saat ini ku coba mencari jati diri-ku yang telah lama mati dan tak kan pernah kembali (lagi).
Mungkin terlalu lama atau telah terlambat aku menyadarinya? Karena aku masih tetap berdiri disini meski jiwa ini sudah lama mati. Ku mencari arti hidup ini bukanlah hal yang mudah. Apa aku akan kuat dalam menjalani detik demi detik, menit demi menit dan jam demi  jam hanya berharap  dan terus berharap tanpa melakukan sesuatu...?
        Semuanya sudah aku lakukan hanya untuk menemukan arti hidup ini yang tak lenih berarti daripada mati. Ku terdiam sendiri meratapi sepinya malam dan kesunyian hati. Jauh ku langkahkan kaki di atas duri-duri hanya untuk menemukan arti kehidupan. Aku lelah. Karena sampai saat ini yang ku jumpai hanyalah ilusi yang tiada arti.
        Kemana lagi harus ku cari? Semua tempat sudah ku jelajahi. Dan yang ku temukan hanyalah sebuah ilusi. Pernah ku mencoba berhenti mencari, tapi itu hanya dalam hati kecil ku. Ku mencari  dan terus ku mencari di manakah arti kehidupan itu bersembunyi.  Ku tanyakan pada sunyinya malam, sepinya hati dan kepada sang mimpi.
Apa jawabnya? Mereka hanya terdiam membisu tanpa sepatah kata pun terlontar dari mereka untuk tanya-ku. Apa yang aku lakukan? Aku lanjutkan pencarianku yang menguras seluruh tenaga dan fikiranku hanya untuk sebuah arti kehidupan yang tak layak ku mengerti.
Tak lama setelah itu, aku menemukan secarik kertas putih, lalu ku tuliskan seluruh keluh kesah-ku di dalamnya. Dan aku berharap ada  yang membaca dan mengerti apa sebenarnya tujuan hidup ku ini.
        Kemudian aku dikejutkan oleh seorang anak kecil. Ya... Anak kecil. Dia berkata kepada ku “ hai jiwa yang dilanda keresahan... Kembalilah kau kepada kehidupan mu yang dulu. Karena, tanpa kau sadari, kau telah menemukan tujuan dan arti dari hidup mu” Mendengar perkataan itu, sontak jiwaku bergetar dan aku merasa sedih karena sudah menyia-nyiakan hidupku selama ini. Sungguh ini adalah sebuah ironi di atas ironi.
Aku bergegas kembali kepada kehidupanku yang dulu dan berharap (dia) mau memaafkan semua kesalahan ku. Waktu terus berlalu seiring dengan sadarnya diri ku dan aku pun akhirnya menemui sang ajal yang siap menarik ku ke dalam kematian. Kematian yang sesungguhnya dan tak akan pernah kembali (lagi).
Bumi akan tetap berputar pada porosnya. Tapi kalau kita tidak merubah diri kita, siapa lagi? Dan kita tidak akan mungkin terus hidup seperi ini. Mari kita lakukan sebuah perubahan yang berarti dalam hidup ini.
        Sebuah catatan di malam yang sunyi. Dan hanya nyanyian jangkrik dan kodok  yang menemaniku  malam ini. Masih banyak lagi yang ingin aku sampaikan. Tapi, rasa kantuk sudah tidak lagi aku tahan. Untas sudah semua pada malam ini, selamat beristirahat...
Kawan-kawanku...

Rabu, 18 Mei 2011

High card & Royal flush

   Mengapa saya hampir tak pernah
memasang taruhan sebelum kartu
dibuka..?
Sederhana saja. Karena saya
hampir tak pernah berhasil
membaca kartu. Saya seringkali
salah. Mengapa bisa salah..?Tentu
saja salah, karena saya tak berani
mengatakan itu kartu apa.
Keluarnya apa. Bagaimana
peluangnya. Saya malu kalau
terlanjur menebak dan salah. Saya
malu kalau ‘over confident’ dan
salah.
Kalau salah, saya akan malu pada
kawan main, tapi lebih malu pada
diri sendiri.
Kalau benar, saya akan tampak
sombong, tapi efek buat saya
adalah kehilangan cemas dan
bosan pada permainannya. Nah,
kalau sudah bosan bagaimana..??
Mencari permainan baru yang
lebih menantang otak dan
pikiran..??
Walau perlu diakui, saya sangat
pandir, terlampau pandir bahkan
untuk ikut bermain. Tapi saya pun
sadar, kepintaran tak musti
dibawa di meja ini. Lalu, apa yang
harus saya bawa kesini..? Modal
besar atau keberuntungan.
Apakah cukup menjadi orang
beruntung..??
Aah.. sial..!! Duduk disini membuat
saya merubah sedikit pandangan
tentang keberuntungan.
Kalau selama ini saya berfikir
bahwa keberuntungan adalah
ketika “kesiapan” bertemu
dengan “kesempatan”..
Ternyata, idealitas saya yang satu
itu tak laku disini. Ternyata, itu
satu pandangan yang kaku disini.
Nyatanya, kesempatan selalu
berseliweran setiap saat. Selalu
ada.. Yang membuatnya tidak ada
hanyalah point of view saya
tentang “kesempatan” itu sendiri.
Apakah saya berani memandang
itu sebagai kesempatan atau
tidak. Terkadang, karena saya
selalu merasa diri dan kartu saya
belum siap. Lalu saya
mengkambing hitamkan
kesempatan. Konyol betul rasanya.
Yaa.. saya memang konyol. Karena
tergelak sendiri layaknya katak
bernyanyi, oleh orang-orang
(kawan & lawan main) yang
bahkan saya tak tau seperti apa
wujudnya. Atau bahkan ada atau
tidak manusianya. Merasa senang
diberi bunga atau kopi yang
bahkan itu-itu saja gambarnya.
Merasa terhina karena diberi
tissue yang justru lucu bentuknya.
Yaa... Itu sama juga konyolnya
dengan orang yang mati sia-sia
karena menghisap ganja.
Saya tak pernah menghisap ganja
atau candu-candu lainnya. Dan,
saya pun menolak untuk disebut
candu bermain kartu. Tapi,
kecemasan sesaat sebelum kartu
dibuka & keinginan untuk
memasang taruhan adalah serupa
pengaruh candu. Penuh yakin..
Atau tak yakin..
Padahal saya tau pasti, pilihannya
hanya 2. Kalah atau menang.
Yaah... Awalnya begitu... Lalu saya
berfikir ulang tentang “menang”
atau “kalah” barusan.
Ternyata, kesimpulan saya, dalam
dunia kartu poker (yang tak
ubahnya replika mini dunia
nyata), tak ada menang atau
kalah. Yang ada untung atau rugi.
Yang ada hanya berani atau takut
membuktikan hipotesis :: kartu
kita berjodoh atau tidak dengan
kartu yang dibuka di meja.
Dalam dunia nyata, mungkin
begini :: kekuatan kita berjodoh
atau tidak dengan realita yang
ada..?? Apa gunanya punya dua As
ketika yang keluar Straight kartu
kecil..?? Serupa dengan :: Apa
gunanya punya otot kuat ketika
bertemu keadaan yang menuntut
ketajaman fikir / ketenangan
hati..??
Luar biasa ahli matematika
pembuat permainan peluang
melalui kartu ini. Sama luar
biasanya dengan penggiatnya
yang selalu menghidupkan meja
dengan karakter-karakternya.
Mereka memaparkan pada saya
bahwa sumberdaya diri sendiri
harus sering dikombinasi dengan
feeling & intuisi (yang celakanya..!!
Itu serupa kemewahan untuk
saya).
Pertanyaan bodoh saya :: Kenapa
pembuat permainan ini
meletakkan urutan jadinya
serangkai kartu dimulai dari High
Card sampai Royal Flush..??
Lalu jawaban tak kalah bodoh
saya mungkin begini :: Karena
mereka tau betul tentang steak &
pecel lele. Karena perbedaan
makan steak + salad dengan pecel
lele + lalap, terletak di sensasi
lidah saja. Padahal begitu sampai
di perut, tak ada beda. Bahkan
mungkin bisa lebih
mengenyangkan makan di
pinggir jalan.
Serupa dengan perbedaan Royal
Flush dengan High Card yang
hanya sensasi keberuntungannya
saja. Waah.. Kalau itu semua bagi
saya, sudah terkait dengan
kepuasan sebuah proses, bukan
melulu dengan kekayaan hasil. Itu
hanya terkait dengan rasa
sensasi, bukan rasio upeti (yang
sudah dipasang sebagai taruhan).
Akhirnya, saya pun faham, bahwa
ternyata kepuasan terhadap
“ keberuntungan” pun punya
grade dan rentang juga. Dan
itulah yang mungkin menjadi
senyawa harapan, dan sedikit
bahan bakar untuk terus
melangkah. Mungkin saja saya
mendapat Royal Flush suatu saat.
Kapan saya mendapat RoyaL fLush
dalam dunia nyata..?? Entahlah..
FuLL House pun sudah cukup
girang rasanya. Aah... tapi toh,
tidak ujug-ujug dengan full house
atau royal flush saya mendadak
kaya raya. Karena untuk menjadi
kaya raya, bukan jenis kartu dan
pola jadinya yang menentukan.
Tapi seberapa besar keberanian,
banyak taruhan dan jumlah
pemain yang tersingkirkan. Maka,
tak perlu pula saya mendapat
jabatan, laki-laki, posisi diri, dsb-
nya serupa RoyaL fLush untuk
menjadi bahagia.
Yaah.. Saya memang lebih banyak
rugi, tapi saya tidak merasa kalah..
Kawan main mencemooh saya
orang yang kalah, tapi saya tidak
salah.
Karena saya layak. Kartu saya
layak. Setiap orang layak. Setiap
kartu layak.
Jadi..Apa yang salah dengan
menjadi berani. Untung atau
rugi..?? Ahh..itu hanya masalah
momentum saja. hihihii..
*********************************************************************

# Secangkir kopi hitam menemani malam hari yang kelam...